ads tengah artikel
Saudara-saudaraku yang seiman, manusia itu terdiri dari jasmani dan rohani dimana kedua-duanya memiliki mata. Jasmani memiliki mata yaitu mata kepala kita yang berhubungan dengan alam syahadah atau alam nyata yang secara lahir dipergunakan untuk melihat disekitar kita, sedangkan rohani mata hatinya adalah mata hati yang berhubungan dengan sesuatu yang ghoib.
Untuk memahami mata hati secara akal memang sulit maka perlu ada suatu kiasan yang dapat menjadi gambaran antara keduanya yaitu antara mata kepala dan mata hati. Maka dari itu paragraf dibawah ini merupakan kiasan yang mungkin dapat mempermudah untuk memahami mata hati kita yang selalu mengingat Allah SWT.
Untuk memahami mata hati secara akal memang sulit maka perlu ada suatu kiasan yang dapat menjadi gambaran antara keduanya yaitu antara mata kepala dan mata hati. Maka dari itu paragraf dibawah ini merupakan kiasan yang mungkin dapat mempermudah untuk memahami mata hati kita yang selalu mengingat Allah SWT.
Jika ada orang disuguhi hidangan makanan dan minuman, kemudian ada orang yang menyuapi nasi hingga habis satu piring, kemudian diberi minum es teh habis satu gelas, setelah itu disuapi buah-buahan yang lezat, orang yang disuapi tersebut dalam keadaan sadar dengan mata kepala yang terbuka lebar, tetapi tidak tahu dengan orang yang menyuapi dan yang memberi minum itu. Ini berarti mata kepala orang yang disuapi tersebut buta, meskipun secara lahir dapat melihat. Sedangkan mata hati yang dipandang adalah barang ghoib yang tidak bisa dipandang dengan mata kepala. Nah, Allah SWT itu ghoib tidak bisa dipandang dengan mata kepala, hanya bisa dipandang dengan mata hati. Tetapi kenapa mata hati kok tidak tahu bahwa yang memberi hidup itu Allah, yang memberi rizki itu Allah, yang memelihara dirinya itu Allah, yang membuat telinga bisa mendengar, mata bisa melihat, tangan bisa bergerak, lisan bisa berbicara dan kaki bisa berjalan itu semua adalah pemberian Allah SWT. Tetapi kenapa kok mata hatinya tidak tahu? Hal Ini berarti mata hatinya itu buta.
Jika mata hati itu buta, maka tidak tahu dan tidak merasa bahwa semua perbuatan lahir batin kita ini selalau diawasi oleh Allah, jika ada orang seperti ini berarti mata hatinya buta dan bahayanya adalah orang tersebut akan berbuat semaunya sendiri, sebagai contohnya lihat saja berbagai jenis kemaksiatan yang terjadi di sekitar kita, korupsi merajalela, dan kemaksiatan-kemaksiatan lainnya. Itulah akibatnya dari mata hati yang mati dan tidak bisa melihat Allah SWT.
Agar supaya mata hati ini selalu hidup dan selalu dapat mengingat Allah SWT, maka perlu adanya latihan. Hal ini sebagaimana kisah Syaikh Sahal bin Abdillah At-Tustari sejak kecil sudah diajarkan oleh pamannya berdzikir : Allahu Ma’I (Allah selalu bersama aku lahir batinku), Allahu Naziri (Allah selalu melihatku lahir batinku), Allahu Shahidi (Allah selalu menyaksikanku lahir batinku). Sehingga ketika dewasa tidak berani berbuat maksiat dan tidak berani tinggal kewajiban-kewajiban karena selalu merasa diawasi Allah. Tetapi menurut Sufyan Assauri agar hati kita selalu ingat Allah SWT ada 4 hal yang selalu diingat yaitu Allah yang menciptakan aku, Allah yang member rizki aku, Allah yang akan mematikan aku dan Allah yang akan menghidupkan aku kembali. Ke empat hal itulah yang ditanam di dalam hati, kalau 4 hal tersebut masuk dalam hati maka akan selalu mengingat tibal balik ke Allah, timbal balik ke Allah adalah berupa ibadah.
Nah, jika hati sudah bisa selalu ingat Allah SWT terus maka itulah tanda-tanda hati itu hidup. Itulah sedikit nasehat buat saya sendiri dan mudah-mudahan bermanfaat bagi yang membaca. Semoga Allah menjadikan hati kita selalu hidup dan selalu mengingatNya sepanjang usia kita, Sebab Allah SWT lah dzat Yang Maha Membolak-balikkan hati, dan semoga kita selalu ditetapkan dalam Agama Allah dan selalu taat kepada Nya.
Advertisement